Kita di ciptakan oleh Allah SWT laki-laki dan perempuan kalo lo apaan ? (awas kalo bilang setengah2) wadizikkkk. kemudian sodara-sodara pembaca selain itu kita diciptakan berpasang-pasangan laki laki bertemu perempuan caileeehhh. untuk yang satu ini wajib bgt cuy jangan anda penyangkalan, kalo ada yang berani berpasang-pasang sejenis ini ada kisah Nabi Luth a.s yang Insya Allah bermanfaat. yuk mari di bacaaa :)
“Kaum Luth pun telah mendustakan
ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada
mereka angin yang membawa batu-batu
(yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di
waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya
dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka
mendustakan ancaman-ancaman itu.” (QS. Al Qamar, 54: 33-36)
Luth hidup semasa dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah
satu kaum tetangga Ibrahim. Kaum ini, sebagaimana diutarakan oleh Al
Quran, mempraktikkan perilaku menyimpang yang belum dikenal dunia saat
itu, yaitu sodomi (homoseksual). Ketika Luth menyeru mereka untuk
menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah,
mereka mengabaikannya, mengingkari kenabiannya, dan meneruskan
penyimpangan mereka. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana
yang mengerikan.
Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama
disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut Merah, kaum ini
diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian
arkeologis mengungkapkan bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut
Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Palestina-Yordania.
Sebelum mencermati sisa-sisa dari bencana ini, marilah kita lihat
mengapa kaum Luth dihukum seperti ini. Al Quran menceritakan bagaimana
Luth memperingatkan kaumnya dan apa jawaban mereka:
“Kaum Luth
telah mendustakan rasulnya, ketika saudara mereka Luth, berkata kepada
mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”. Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa
kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan
istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah
orang-orang yang melampaui batas. Mereka menjawab “Hai Luth,
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang
yang diusir”. Luth berkata ‘Sesungguhnya aku sangat benci kepada
perbuatanmu’.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 160-168)
Sebagai jawaban
atas ajakan ke jalan yang benar, kaum Luth justru mengancamnya. Kaumnya
membenci Luth karena ia menunjuki mereka jalan yang benar, dan
bermaksud menyingkirkannya dan orang-orang yang beriman bersamanya.
Dalam ayat lain, kejadian ini dikisahkan sebagai berikut:
“Dan
(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah
(homoseksual) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di
dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu
ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan para pengikutnya) dari kotamu ini,
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan
diri.” (QS. Al A’raaf, 7: 80-82)
Luth menyeru kaumnya kepada
sebuah kebenaran yang begitu nyata dan memperingatkan mereka dengan
jelas, namun kaumnya sama sekali tidak mengindahkan peringatan macam apa
pun dan terus menolak Luth dan tidak mengacuhkan azab yang telah ia
sampaikan kepada mereka:
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata
kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan
yang amat keji yang sebelumnya belum pernah dikerjakan oleh seorang pun
dari umat-umat sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya kamu mendatangi
laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat
pertemuanmu?” Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan:
“Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang
yang benar.” (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 28-29)
Karena menerima jawaban sedemikian dari kaumnya, Luth meminta pertolongan kepada Allah.
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas
kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 30)
“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26:169)
Atas doa Luth tersebut, Allah mengirimkan dua malaikat dalam wujud
manusia. Kedua malaikat ini mengunjungi Ibrahim sebelum mendatangi Luth.
Disamping membawa kabar gembira kepada Ibrahim bahwa istrinya akan
melahirkan seorang jabang bayi, kedua utusan itu menjelaskan alasan
pengiriman mereka: Kaum Luth yang angkara akan dihancurkan:
“Ibrahim bertanya, “Apakah urusanmu hai para utusan?” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar
kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang
ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membi-nasakan) orang-orang yang
melampaui batas” (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 31-34)
“Kecuali Luth
beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan
mereka semuanya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa
sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama
dengan orang kafir lainnya).” (QS. Al Hijr, 15: 59-60)
Setelah
meninggalkan Ibrahim, para malaikat yang dikirim sebagai utusan lalu
mendatangi Luth. Karena belum pernah bertemu utusan sebelumnya, Luth
awalnya merasa khawatir (karena tamunya laki-laki, Luth takut kaumnya
melakukan perbuatan sodomi itu terhadap tamunya), namun kemudian ia
merasa tenang setelah berbicara dengan mereka.
“Dan tatkala
datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa
susah dan merasa sempit dadanya karena keda-tangan mereka, dan dia
berkata, “Inilah hari yang amat sulit.” (QS. Huud, 11: 77)
“Ia
berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”. Para
utusan menjawab: “Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa
azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa
kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang yang benar. Maka
pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutilah
mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke
belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan
kepadamu”. Dan Kami telah wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu
bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh.” (QS. Al Hijr, 15 :
62-66)
Sementara itu, kaum Luth telah mengetahui bahwa ia
kedatangan tamu. Mereka tidak ragu-ragu untuk mendatangi tamu-tamu
tersebut dengan niat buruk sebagaimana terhadap yang lain-lain
sebelumnya. Mereka mengepung rumah Luth. Karena khawatir atas
keselamatan tamunya, Luth berbicara kepada kaumnya sebagai berikut:
“Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu
memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu
membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr, 15 : 68-69)
Kaum Luth menjawab dengan marah:
“Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia.” (QS. Al Hijr, 15: 70)
Merasa bahwa ia dan tamunya akan mendapatkan perlakuan keji, Luth berkata:
“Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku
dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu akan aku lakukan).”
(QS. Huud, 11: 80)
“Tamu”-nya mengingatkannya bahwa sesungguhnya mereka adalah utusan Allah dan berkata:
“Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut kamu di
akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang
tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang
menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka
ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS. Huud, 11 :
81)
Ketika kelakuan jahat warga kota memuncak, Allah
menyelamatkan Luth dengan perantaraan malaikat. Pagi harinya, kaum Luth
dihancurleburkan dengan bencana yang sebelumnya telah ia sampaikan.
“Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku
dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka
ditimpa azab yang kekal.” (QS. Al Qamar, 54: 37-38)
Ayat yang menerangkan penghancuran kaum ini sebagai berikut:
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika
matahari akan terbit. Maka kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik
ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Kami) bagi orang-orang yang meperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya
kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui
manusia).” (QS. Al Hijr, 15: 73-76)
“Maka tatkala datang azab
Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang
terbakar secara bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan
siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud, 11:
82-83)
“Kemudian Kami binasakan yang lain, dan Kami hujani
mereka dengan hujan (batu belerang), maka amat kejamlah hujan yang
menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguh-nya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan
adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesung-guhnya Tuhanmu,
benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (QS.
Asy-Syu’araa’, 26: 172-175)
Ketika kaum tersebut dihancurkan,
hanya Luth dan pengikutnya, yang tidak lebih dari “sebuah keluarga”,
yang diselamatkan. Istri Luth sendiri juga tidak percaya, dan ia juga
dihancurkan.
“Dan (Kami juga yang telah mengutus) Luth (kepada
kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorang pun (di dunia ini) sebelumnya?”. Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang me-lampaui batas. Jawab kaumnya tidak
lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya)
dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
berpura-pura menyucikan diri”. Kemudian Kami selamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu
belerang), maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
memperturutkan dirinya dengan dosa dan kejahatan itu.” (QS. Al A’raaf,
7: 80-84)
Demikianlah, Nabi Luth diselamatkan bersama para
pengikut dan keluarganya, kecuali istrinya. Sebagaimana disebutkan dalam
Perjanjian Lama, ia (Luth) berimigrasi bersama Ibrahim. Akan halnya
kaum yang sesat itu, mereka dihancurkan dan tempat tinggal mereka
diratakan dengan tanah.
“TANDA-TANDA YANG NYATA” DI DANAU LUTH
Ayat ke-82 Surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang
menimpa kaum Luth. “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri
Kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.”
Pernyataan “menjungkirbalikkan (kota)” bermakna kawasan tersebut
diluluhlantakkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Sesuai dengan ini, Danau
Luth, tempat penghancuran terjadi, mengandung bukti “nyata” dari bencana
tersebut.
Kita kutip apa yang dikatakan oleh ahli arkeologi Jerman bernama Werner Keller, sebagai berikut:
Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis
melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam
satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui
sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan
letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.
Malahan,
Danau Luth, atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, terletak tepat di
puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi.
Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan runtuhan yang berasal dari
peristi-wa tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang
merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah
di Selatan.
Peristiwa tersebut dilukiskan dengan “Kami
menghujani mereka dengan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang
terbakar secara bertubi-tubi” pada bagian akhir ayat. Ini semua mungkin
berarti letusan gunung api yang terjadi di tepian Danau Luth, dan
karenanya cadas dan batu yang meletus berbentuk “terbakar” (kejadian
serupa diceritakan dalam ayat ke-173 Surat Asy-Syu’araa’ yang
menyebutkan: “Kami menghujani mereka (dengan belerang), maka amat
kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan
itu.”)
Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller menulis:
Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur
lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan
masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati;
bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah
terdeposit pada permukaan batu kapur.
Sebuah ilustrasi yang menunjukkan letusan gunung berapi dan keruntuhan yang mengikutinya, yang memusnahkan seluruh kaum.
Lava dan lapisan basal merupakan bukti terbesar bahwa letusan gunung
api dan gempa bumi pernah terjadi di sini. Bencana yang dilukiskan
dengan ungkapan “Kami menghujani mereka dengan batu belerang keras
sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” dalam Al Quran
besar kemungkinan menunjuk letusan vulkanis ini, dan Allah-lah Yang
Mahatahu. Ungkapan “Ketika firman Kami telah terbukti, Kami
jungkir-balikkan (kota)”, dalam ayat yang sama, mestilah menunjuk pada
gempa bumi yang mengakibatkan letusan gunung api di atas permukaan bumi
dengan akibat yang dahsyat, serta retakan dan reruntuhan yang
diakibatkannya, dan hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.
“Tanda-tanda nyata” yang disampaikan oleh Danau Luth tentu sangat
menarik. Umumnya, kejadian yang diceritakan dalam Al Quran terjadi di
Timur Tengah, Jazirah Arab, dan Mesir. Tepat di tengah-tengah semua
kawasan ini terletak Danau Luth. Danau Luth, serta sebagian peristiwa
yang terjadi di sekitarnya, patut mendapat perhatian secara geologis.
Danau tersebut diperkirakan berada 400 meter di bawah permukaan Laut
Tengah. Karena lokasi terdalam dari danau tersebut adalah 400 meter,
dasarnya berada di kedalaman 800 meter di bawah Laut Tengah. Inilah
titik yang terendah di seluruh permukaan bumi. Di daerah lain yang lebih
rendah dari permukaan laut, paling dalam adalah 100 meter. Sifat lain
dari Danau Luth adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi,
kepekatannya hampir mencapai 30%. Oleh karena itu, tidak ada organisme
hidup, semacam ikan atau lumut, yang dapat hidup di dalam danau ini. Hal
inilah yang menyebabkan Danau Luth dalam literatur-literatur Barat
lebih sering disebut sebagai ” Laut Mati”.
Kejadian yang
menimpa kaum Luth, yang disebutkan dalam Al Quran berdasarkan perkiraan
terjadi sekitar 1.800 SM. Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan
geologis, peneliti Jerman Werner Keller mencatat bahwa kota Sodom dan
Gomorah benar-benar berada di lembah Siddim yang merupakan daerah
terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan bahwa pernah terdapat situs
yang besar dan dihuni di daerah itu.
Karakteristik paling
menarik dari struktur Danau Luth adalah bukti yang menunjukkan bagaimana
peristiwa bencana yang diceritakan dalam Al Quran terjadi:
Pada pantai timur Laut Mati, semenanjung Al Lisan menjulur seperti lidah
jauh ke dalam air. Al Lisan berarti “lidah” dalam bahasa Arab. Dari
daratan tidak tampak bahwa tanah berguguran di bawah permukaan air pada
sudut yang sangat luar biasa, memisahkan laut menjadi dua bagian. Di
sebelah kanan semenanjung, lereng menghunjam tajam ke kedalaman 1200
kaki. Di sebelah kiri semenanjung, secara luar biasa kedalaman air tetap
dangkal. Penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa kedalamannya hanya berkisar antara 50 – 60 kaki.
Bagian dangkal yang luar biasa dari Laut Mati ini, mulai dari
semenanjung Al Lisan sampai ke ujung paling Selatan, dulunya merupakan
Lembah Siddim.
Werner Keller menenggarai bahwa bagian dangkal
ini, yang ditemukan terbentuk belakangan, merupakan hasil dari gempa
bumi dahsyat yang telah disebutkan di atas. Di sinilah Sodom dan Gomorah
berada, yakni tempat kaum Luth pernah hidup.
Suatu ketika,
daerah ini dapat dilintasi dengan berjalan kaki. Namun sekarang, Lembah
Siddim, tempat Sodom dan Gomorah dahulunya berada, ditutupi oleh
permukaan datar bagian Laut Mati yang rendah. Keruntuhan dasar danau
akibat bencana alam mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua sebelum
Masehi mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru
terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air asin.
Jika
seseorang bersampan melintasi Danau Luth ke titik paling utara dan
matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, maka ia akan melihat
sesuatu yang sangat menakjubkan. Pada jarak tertentu dari pantai dan
jelas terlihat di bawah permukaan air, tampaklah gambaran bentuk hutan
yang diawetkan oleh kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang
dan akar di bawah air yang berwarna hijau berkilauan tampak sangat
kuno. Lembah Siddim, di mana pepohonan ini dahulu kala bermekaran
daunnya menutupi batang dan ranting merupakan salah satu tempat terindah
di daerah ini. Aspek mekanis dari bencana yang menimpa kaum Luth
diungkapkan oleh para peneliti geologi. Mereka mengungkapkan bahwa gempa
bumi yang menghancurkan kaum Luth terjadi sebagai akibat rekahan yang
sangat panjang di dalam kerak bumi (garis patahan) sepan-jang 190 km
yang membentuk dasar sungai Sheri’at. Sungai Sheri’at membuat air terjun
sepanjang 180 meter keseluruhannya. Kedua hal ini dan fakta bahwa Danau
Luth berada 400 meter di bawah permukaan laut adalah dua bukti penting
yang menunjukkan bahwa peristiwa geologis yang sangat hebat pernah
terjadi di sini.
Sisa-sisa dari kota yang terkubur ke dalam
danau, ditemukan di tepian danau. Peninggalan ini menunjukkan bahwa kaum
Luth telah memiliki standar hidup yang cukup tinggi.
Struktur
Sungai Sheri’at dan Danau Luth yang menarik hanya merupakan sebagian
kecil dari rekahan atau patahan yang melintas dari kawasan bumi
tersebut. Kondisi dan panjang rekahan ini baru ditemukan akhir-akhir
ini.
Rekahan tersebut berawal dari tepian Gunung Taurus,
memanjang ke pantai selatan Danau Luth dan berlanjut melewati Gurun
Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, dan berakhir di
Afrika. Di sepanjangnya teramati kegiatan-kegiatan vulkanis yang kuat.
Batuan basal hitam dan lava terdapat di Gunung Galilea di Palestina,
daerah dataran tinggi Yordan, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya.
Seluruh reruntuhan dan bukti geografis tersebut menunjukan bahwa
bencana geologis dahsyat pernah terjadi di Danau Luth. Werner Keller
menulis:
Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar
ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan
Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka
terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin
disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.
Pergeseran patahan membang-kitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur
lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan
masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati;
bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah
terdeposit pada permukaan batu kapur.
National Geographic edisi Desember 1957 menyatakan sebagai berikut:
Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut
Mati. Belum pernah seorang pun menemukan kota Sodom dan Gomorrah yang
dihancurkan, namum para akademisi percaya bahwa mereka berada di lembah
Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari
Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi.
terima kasih banyak Sumber: http://www.harunyahya.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar