Minggu, 28 Oktober 2012

Fenomena Latah Jilid 1

Definisi dari Latah ialah 

Menurut Ririn R. Kaltarina, Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tidak terkendali setelah terjadi reaksi kaget. Latah bukan merupakan suatu penyakit yang harus disembuhkan justru latah membuat seseorang menjadi terlihat unik.
Sejak abad ke 18 banyak penelitian untuk menentukan definisi latah, diantaranya :
1)      1880 CL. Van Den Berg dan PC. Van Brero, peneliti dari inggris dan Belanda mengambil kesimpulan bahwa Latah adalah semacam HYSTERIA yang meletupkan rasa marah namun menghasilkan tindakan yang ganjil.
2)      Gilmore Ellis, Ahli jiwa dari Singapura menyatakan istilah teknis Latah yaitu EKOLIA untuk peniruan verbal. Sedangkan EKOPRAKSIA untuk menirukan gerakan tubuh. Ia juga mengatakan bahwa latah bisa saja merupakan warisan turun-menurun.
3)      Menurut Setyo Negoro (1970), Latah merupakan suatu penyakit atau gangguan tersendiri yang terikat terhadap suatu kejutan yang menimbulkan suatu penghentian sementara dari segala kegiatan yang dilakukan dan kemudian disusul diperlihatkannya sebagai tingkah laku verbal dan gestural yang keluar dari batas normalnya.
4)      Geertz pada tahun 1988 menyatakan bahwa Latah merupakan suatu kebudayaan. Menurut faktornya latah berasal dari lingkungannya. Bila seseorang bergaul dengan orang yang Latah maka ia bisa tertular Latah juga walaupun sifatnya hanya sementara.
5)      Menurut Wikipedia 2009, Latah merupakan gejala psikologis yang hanya dikenal pada system budaya tertentu. Latah tidak bisa dianggap hanya sebagai kebiasaan yang sepele yang tidak ada kaitannya dengan penyakit. Latah berhubungan erat dengan dimensi gangguan jiwa, fungsi saraf, psikologi dan sosial.
 
Secara geografi Asia Tenggara berada pada peringkat pertama dengan jumlah penderita Latah terbanyak. Selain di Indonesia Jepang dan Prancis juga memiliki penderita latah yang tidak kalah banyaknya dengan Indonesia. Walaupun tidak sepenuhnya tepat, disinyalir penyakit ini tumbuh berkembang di masyarakat yang menerapkan budaya otoriter, Biasanya penderitanya kebanyakan Orang tua dan Perempuan.
 
Dari pengertian-pengertian mengenai Latah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Latah adalah suatu penyakit atau gangguan yang baik secara mental dan somatis. Gejala yang muncul menguatkan adanya gangguan tadi, seperti tidak dapat mengontrol diri, dilakukan secara spontan dan tanpa suatu kesadaran.

2.       Macam-macam Latah
    Menurut Ririn R Kaltarina ada empat macam Latah yaitu :
1)      Ekolalia                                 : Mengulangi perkataan orang lain.
2)      Ekopraksia                          : Meniru gerakan orang lain.
3)      Koprolalia                            : Mengucapkan kata yang dianggap tabu atau kotor.
4)      Automatic Abidience      : Melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut.
 
Namun seiring dengan berkembangnya jaman jenis-jenis Latah semakin berkembang sesuai dengan peradapan. Adapun Latah yang bermunculan sesuai tren saat ini adalah :
 
1)      Latah Mode
Berusaha tampil beda dengan gaya berpakian yang sama. Ini banyak ditemukan pada remaja “ABG” di mal-mal di Indonesia.
2)      Latah Teknologi
Menggunakan HP, Laptop ataupun Gadget dengan teknologi terkini namun tidak mengerti cara menggunakannya secara maksimal.
3)      Latah Frasa
Kata-kata yang popular saat ini. Agar dianggap anak gaul seperti “Priketeeeeww....,,, ya gak geto juga kale.... Dsb”.

3.       Penyebab Latah
Penyebab Latah subjek sesuai dengan teori Observasional Learning Bandura (dalam Constanzo, 1985) yaitu tingkah laku model memiliki pengaruh terhadap tingkah laku pengamat dan juga afek modeling dimana peniru melakukan tingkah laku baru (melalui asosiasi-asosiasi) sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
 
                Ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya tingkah laku Latah, yaitu :
 
1)      Teori Pemberontakan
 
Dalam kondisi Latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini semacam gangguan perilaku lebih kearah obsesif yaitu karena adanya dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan sesuatu.
 
2)      Teori Kecemasan
 
Gejala Latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata dalam kehidupan klien selalu ada tokoh otoriter seperti ayah yang tegas, namun tokoh otoriter tidak harus berasal dari kalangan keluarga saja.
 
3)      Teori Pengkondisian
 
Inilah yang disebut ketularan. Seseorang mengidap Latah karena dikondisikan oleh lingkungannya, misalkan gara-gara Latah dia jadi pusat perhatian orang. Dengan begitu, Latah juga merupakan upaya untuk mencari perhatian. Latah semacam ini disebut “Latah Gaul”

USULAN TREATMENT DAN TERAPI
1)      Usulan Treatment
·         Menemukan sebab-sebab permasalahan yang dihadapi.
·         Memberikan nasehat dan motivasi yang dapat membangun bagi klien.
·         Memberikan stimulus-stimulus yang positif untuk perubahan.
·         Memberikan dorongan dan mendukung tingkah laku yang positif yang dilakukan klien.
Dengan diagnosa dan prognosa klien maka usulan-usulan terapi yang dapat diberikan adalah terapi suportif dan behavior therapy.

2)      Usulan Terapi
·         Terapi suportif
Terapi suportif adalah jenis terapi yang dimaksudkan untuk memberi dorongan, semangat dan motivasi agar klien tidak merasa putus asa. Terapi ini bertujuan untuk menguatkan daya mental yang ada, mengembangkan mekanisme yang baru dan lebih baik untuk mempertahankan control diri dan mengembalikan keseimbangan untuk menyesuaikan diri yang lebih sesuai, itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a)      Menduakkan daya tahan mental yang ada.
b)      Mengembangkan mekanisme yang baru dan lebih baik.
c)       Mempertahankan control diri.
d)      Mengembangkan kesimbangan adaptif (kemampuan untuk menyesuaikan diri) jenisnya dapat berupa :
 
-          Kararsisi
Membiarkan klien mengeluarkan isi hatinya, sehingga perasaan kecemasan klien menjadi berkurang. Hingga pada akhirnya klien dapat melihat permasalahan yang dihadapi sesuai dengan porsinya.
Dari hasil katarsi ini klien mau berterus terang tentang masalah yang dihadapinya dan si pemberi terapi mengerti keadaan dari klien, dan juga kemauan dari klien itu sendiri untuk mau berbagi dengan teman dekatnya sehingga klien tidak terlalu tertekan dengan masalah yang dihadapinya. Apabila klien sudah merasa baikan maka dapat diteruskan dengan terapi lainnya lagi.

-          Persuasi
 
Terapi ini diberikan dengan memberikan penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik buruknya atau fungsi. Dari gejala-gejala itu sendiri. Sehingga klien dapat sadar dan merasa bebas dari hal yang menganggunya sehingga lama-kelamaan gejala itu akan hilang.
-          Sugesti
 
Dengan cara menanamkan secara tidak langsung terhadap pikiran klien yaitu dengan membangkitkan kepercayaan bahwa gejala ini akan hilang. Dengan sikap yang menyakinkan dengan empati. Teknik ini bertujuan agar klien dapat meghadapi dan menyelesaikan masalahnya secara wajar serta tidak mengkompennya dengan hal-hal yang tidak berguna.
 
-          Bimbingan
 
Dengan memberikan masukan yang praktis dan khusus yang berhubungan dengan masalah kesehatan mental agar ia lebih siap mengatasi maslah dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang berguna. (W.F Maramis 1998).

·         Terapi Behavior (Terapi Perilaku)
 
Terapi tingkah laku adalah terapi yang diberikan pada klien, untuk menghapus pola-pola tingkah laku maladaptive dengan memberikan kondisi-kondisi untuk memodifikasi tingkah laku sehingga didapatkan perilaku yang baru dan sesuai. Dengan mengacu pada teori-teori behavioristik maka pendekatan behavior akan memfokuskan klien pada identifikasi tingkah laku yang spesifik klien atau sistem dalam lingkungan yang mungkin dapat dilakukan perubahan.
 
Gejala-gejala khusus yang terjadi dalam lingkungan juga perlu diperhatikan untuk menentukan pengaruh pada fungsi psikologisnya. Ada pendekatan “Behavior Therapy” seperti halnya diri klien untuk mencoba tidak latah dan mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan untuk terus-menerus dilakukan terapi tingkah laku. Adapun teknik yang dilakukan adalah :
 
-          Teknik Aversif
Dengan adanya pemberian hukuman diharapkan kllien dapat mengendalikan keinginan-keinginan negatifnya dan tingkah lakunya yang maladatif menjadi tingkah laku yang adaptif.
 
Setelah mengatahi respon dari klien maka klien dicoba untuk berusaha melihat hal-hal yang terjadi pada dirinya bila terlalu sering mengucapkan kata-kata tidak sopan. Dengan pandangan positif maka, klien dituntut untuk merespon dalam hidupnya. Untuk mengidentifikasi cara-cara dalam menilai diri dengan lingkungan yaitu dengan mengurangi sedikit-demi sedikit sampai akhirnya klien tidak latah dan mengucapkan kata-kata tidak sopan lagi.
 
Dari tingkah laku yang dihasilkan, klien dapat melakukan sample dan setingga yang selanjutnya untuk memberikan analisis secara empiris tentang keinginan subjek serta permasalahannya yang dihadapi agar tidak latah lagi. Klien dituntut untuk mau menerima semua kritik yang ditujukan kepadanya. Usahakan klien bersikap lebih asertif dalam menghalau segala bentuk keinginan untuk menghindari latah itu.
 
Behavior Therapy dalam kasus ini adalah Therapy Functional Analysis (ABC Therapy) :
1.       Untuk mengukur stimulus yang mendasari atau mendahului yaitu klien dihadapkan pada suatu keadaan dimana bila ada keinginan untuk latah dan mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan.
 
2.       Tingkah laku sasaran, maka klien langsung pada tingkah laku sasaran yaitu bersikap asertif terhadap tingkah laku latah.
 
3.       Akibat yang dihasilkan, yaitu sehingga klien dapat hasil untuk dapat dievaluasi selanjutnya sedikit demi sedikit sampai kebiasaan latahnya berkurang dan akhirnya hilang.
Setelah percobaan demi percobaan dilakukan oleh klien, maka klien dituntut untuk melakukan hal-hal yang lebih positif baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain sebagaimana pada dasarnya apa yang mereka harapkan dari klien merupakan kemajuan yang sangat baik bagi perkembangan perilakunya. Misalnya klien lebih memfokuskan pada pendidikannya da melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih positif untuk masa depannya.

·         Terapi Keluarga
 
Keluarga adalah satuan kecil dalam masyarakat yang anggotanya terdiri dari bapak, ibu dan anak. Keluaga merupakan tempat pertama dan utama bagi individu untuk membentuk kepribadian, keluarga juga sebagai tempat pertama bagi individu untuk beradaptasi dan mendapatkan ilmu.
 
Proses Psikoterapi : psikoterapi yang diberikan antara lain adalah psikoterapi suportif yang bertujuan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar subjek tidak merasa putus asa. Langkah-langkah yang biasa dilakukan adalah :
 
Pada terapi keluarga ini menggunakan teknik :
a.       Pekerjaan Rumah
-          Anggota keluarga melakukan aktivitas tertentu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
-          Membentuk koalisi dan mengubah rentang keakraban.
b.      Family Sculpting (Pahatan Keluarga)
-          Menggambarkan keterdekatan jarak yang tercipta diantara anggota keluarga.
-          Memiliki ruang, posisi tertentu dalam keluarga.
-          Memberi gambaran keterdekatan emosi antar masing-masing anggota keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar