Selasa, 25 September 2012

Psikodiagnostik Analisis Jurnal

Sesuai Materi Analisis Jurnal pada tanggal 25 September 2012 ini saya kembali ingin berbagi sebuah penelitian yang barangkali bisa membut wawasan anda terbuka lebar hehe

Judul dan Analisis jurnal yang pertama :

" EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG

(COOPERATIVE LEARNING) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA "

Latar Belakang 
Kami memilih jurnal ini karena dari sisi observasi yang dilakukan pada jurnal ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang sebelumnya.

Kelompok kami merasakan hal yang sama pada waktu sekolah memiliki kecemasan saat menghadapi pelajaran matematika.
Latar Belakang Jurnal 
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Anggapan negatif tersebut semakin berkembang dengan adanya kenaikan standar kelulusan, khususnya untuk nilai matematika, yang menyebabkan banyak siswa tidak lulus pada tahun 2004.
Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan.
Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar tertentu dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika. 

Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 16 orang. 


Teori Yang Digunakan

(Hurlock, 1997) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok  (johnson & jhonson 1994).

Stodolsky 1985, menyatakan bahwa metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning)
 dapat menurunkan kecemasan siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan dan matematika.

Ada juga hasil penelitian oleh Okebula 1986 bahwa kecemasan siswa dapat menurun ketika 
diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, bebas dari rasa tegang, dan adanya rasa saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan teori diatas, menginspirasi peneliti untuk melakukan eksperimen dengan metode 
pembelajaran gotong royong (cooperative learning).
 EKSPERIMEN
 Pertama-tama siswa diberikan pretest yang berupa  skala kecemasan.
 Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi selama 4 kali pertemuan. Setelah itu semua siswa diberi posttest yang sama berupa skala kecemasan seperti pada subtest awal.
 Pada metode pembelajaran gotong royong, siswa duduk dikelompokkan, siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru.  
Metode Penelitian 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan.
Observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan.

 Hasil Observasi :
Pada awal kelas dimulai belum banyak interaksi yang tercipta.

Setelah sudah mendapat instruksi soal, nampak adanya interaksi antar siswa dalam kelompok.

Siswa saling berbicara satu sama lain dalam kelompok sambil memegang kertas soal.

Siswa saling bertanya kepada teman kelompok.

Siswa terlihat melakukan interaksi antar kelompok.

Suasana kelas aktif dan riuh ramai.
Hasil dan kesimpulan dari analisis jurnal ini :
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. 
Dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan selama 4 kali pertemuan berupa belajar matematika dengan metode pembelajaran gotong royong dapat menurunkan kecemasan siswa ketika menghadapi pelajaran matematika, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Stodolsky dan penelitian oleh Okebula.
  Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika.



Nah itu itu untuk Jurnal yang pertama bro & sist buat Jurnal yang kedua itu ialah berjudul :

" KECEMBURUAN PADA KAUM HOMOSEKSUAL PRIA (GAY)
DI JAKARTA 
"



Latar Belakang  
kasus Ryan (mutilasi)

*Hasil Observasi yang peneliti lakukan selama mengelola sebuah artist management

*Minoritasnya kaum gay


Tujuan :

Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di jakarta 

Manfaat :
Dapat mencegah rasa cemburu pada gay sehingga dapat dikembangkan upaya pencegahan terjadinya
kasus kriminal pada kaum gay.
 Definisi :
kecemburuan adalah bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang di cemburui baik dalam keadaan nyata maupun imajinasi” 

(Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007,) 
Hal yang  dapat mendapat mendefinisikan  kecemburuan àHurt & Fear
Hurt: persepsi bahwa pasangan tidak  menghargai komitmen.
Fear: dihasilkan  dari kemungkinan yang mengerikan, misalnya kehilangan pasangan.
(guerrero & andersen,1998 dalam miller et.al.2007). Menurut White, terdapat tahap-tahap kecemburuan. : ancaman,berpikir,reaksi emosional,coping.

Homoseksual adalah individu yg memiliki ketertarikan seksual terhadap orang – orang yg memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya” (Cohn, 1974.34). Ada 2 macam homoseksual yaitu Ego sintonik & Ego distonik. Faktor – faktor menurut para literatur.
Metode : 

Metode yang digunakan adalah obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. 
Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakarta dan sekitarnya, 
Observasi :
Metode Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan

Observer mengamati saat wawancara berlangsung
Pengambilan data juga ditunjang dari hasil observasi salah satu peneliti sebelum penelitian ini di buat

Hasil :
Seputar homoseksual: Ketiga subjek menyadari orientasi seksual nya sejak usia remaja.

Subjek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis sejak usia 10 tahun, subjek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari sejak usia 15 tahun. Dari ketiga subyek, Dua subjek notasi bicara terpacu lebih cepat. Pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan memguat/mengepal.

Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan perilaku seksual sesama jenis yaitu usia 9 tahun sedangkan subyek 1 melakukannya di usia 18-19 tahun dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun  Keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua faktor potensial yang menyebabkan ia menjadi gay seperti terdapat pada model teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh negatif),  terisolasi dari lingkungan sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup.
Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan homoseksual ego distonik.

Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi orientasinya kepada orang lain.
Seputar kecemburuan: keseluruhan subyek mengalami hurt (luka), fear and anxiety (takut dan cemas). Sedangkan untuk anger (marah), hanya subyek 2 dan subyek 3 yang mengalaminya. 2 tipe kecemburuan yaitu Reactive jealousy & Suspicious jealousy.


Kemudian Untuk Jurnal yang terakhir ini analisisnya kebetulan gua ama temen kelompok gua yang bikin insya allah menarik dan bermanfaat ya bro & sist amien


Judulnya yaitu

 " KOHESIFITAS SUPPORTER TIM SEPAKBOLA PERSIJA JAKARTA "

Garis Besar pada jurnal ini ialah 
Suporter sebuah tim adalah salah satu faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan dari sisi luar lapangan pertandingan. Keberadaan supporter ini sendiri mampu memberikan dukungan moral yang cukup besar bagi para pemainnya. Dukungan supporter menjadi halyang sangat penting bagi semangat parapemain.

Sepak bola adalah permainan yang sangat lekat dengan masyarakat Indonesia.Olah raga ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terlepas dari faktor umur, jenisk elamin, dan status sosial di masyarakat. Banyaknya Tim sepak bola yang ada di setiap wilayah Indonesia menimbulkan antusias penduduk setiap wilayah untuk mendukung tim sepak bola dari wilayahnya sendiri.  Hal tersebut yang melatar belakangi adanya tim suportersepak bola Persija, atau yang lebih dikenal dengan The Jakmania.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahuif  aktor-faktor yang menyebabkan kohesivitaspada The Jakmania. 

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi.
 ANALISIS Jurnal :

Konfromitas, sebagian besar anggota suporter the Jakmania memang sekedar ingin meniru berperilaku sama dengan anggota kelompok yang lain. Perilaku yang sama demikian yang didorong oleh keinginan sendiri inilah yang dinamakana Konfromitas.
 Contohnya :
Setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama (menengenakan Baju bola Orange kebanggan Persija), 
Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama ( mendukung penuh dan memberikan segenap kemampuan mereka demi kemajuan Persija Jakarta )
Setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama ( kemenangan & kekalahan tim Persija menjadi bagian dari perasaan pribadi tiap suporter Persija
Setiap anggota kelompok saling berkerjasama dan berkolaborasi ( saling memberi dukungan pada saat Persija bertanding ).
 Lalu adanya faktor Kohesi atau biasa disebut Keterpaduan adalah perasaan kekitaan diantara anggota kelompok ( Suporter Persija ).
Semakin kuatnya rasa keterpaduan atau kekitaan antarsuporter Persija makan akan semakin besar pula pengaruhnya pada perilaku individu suporter persija.
Konformitas yang disertai perilaku dan kepercayaan yg sesuai dgn tatanan sosial. 
Contohnya memakai atribut persija sperti topi baju dan shall berwarna orange.
Subjek dari penelitian ini 
adalah suporter dari The Jack Mania. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka , dimana subjek mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan dari wawancara itu.
 Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan observasi.  
Wawancara dengan mewawancarai langsung The Jakmania observasi, yaitu mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi dan pengendalian, dan dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadianyang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. 
 Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
 Dalam observasi peneliti tersebut secara terus menerus melakukan pengamatan atas perilaku seseorang dari The Jack Mania.
Mencatat ucapan-ucapan, ekspresi-ekspresi dari responden dalam suatu wawancara. Salah satu contohnya pada saat pertandingan sepak bola diadakan, supporter dengan menggunakan baju yang berwarna orange yang merupakan seragam dari tim sepak bola Persija.  
METODE PENELITIAN 
  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan  Observasi Partisipasi ,dimana observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.  
 Peneliti merupakan bagian yang keseluruhan dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu catatan yang digunakan peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden misalnya bernyanyi-nyanyi saat Persija sedang bertanding, memakai pakaian berwarna oren (khas warna persija).
Alat mekanik yang digunakan untuk merekam/memotret peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden, contohnya kamera dan tape recorder.  
Sekian untuk materi perkuliahan ini teman2 hahaha dibawa santai aja belajar sambil bermain kayak majalah BOBO dulu hehe.
Thanks berat buat teman Psikologi Universitas Pancasila Angkatan 2010 yang sudah bersama2 bekerja keras untuk menganalisa tiap2 Jurnal yang kita dapat dan tak lupa kepada Om Seta Wicaksana selaku dosen Mata Kuliah Psikodiagnostik Observasi mantaap broo bimbingannya :D
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar