Jumat, 29 Juni 2012

Germany for Turkey and Turkey For Germnay


  ehm ehm ehm Langsung saja pada pointnya brother & sister ini soal kewarganegaraan yang saat ini banyak di perbincangan semua bangsa di negara kita ( Indonesia atau bahkan bangsa di negara - negara lain ). Jerman adalah negara Eropa yang dikenal memiliki jumlah imigran lumayan tinggi, terutama imigran asal Turki. Bahkan sebagian warganya merupakan keturunan Turki. Fenomena ini memang berasal dari sejarah masa lalu yang mengatakan bahwa warga Turki berbondong-bondong bermigrasi ke Jerman karena pada saat itu Jerman sedang berada pada kondisi membutuhkan banyak tenaga kerja. Perpindahan warga Turki menguntungkan kedua belah pihak, bagi Jerman kepindahan mereka mampu meningkatkan keadaan ekonomi Jerman, sedangkan warga Turki sendiri mampu mendulang kesuksesan di Jerman.
   Dampak dari situasi pada masa lalu tersebut sangat terlihat pada saat ini, terutama bagi dunia sepak bola Jerman dan Turki. Seperti yang kita tahu, tiga sampai dengan empat generasi keturunan Turki menetap di Jerman. Saat ini yang diketahui banyak pemain nasional Turki kelahiran Jerman, contohnya Nuri Sahin dan Hamit Atlintop. Sedangkan warga keturunan Turki namun berkebangsaan.
Jerman bisa dibilang juga sangat banyak, salah satu pemain yang dikenal bangga terhadap hubungan yang dimiliki antara Jerman dan Turki adalah pemain tim nasional Jerman, Mesut Ozil. Bagi Ozil, membela der panzer merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Namun memang bukan tanpa tanggapan buruk, beberapa orang mencemoohnya karena dia lebih memilih untuk membela tanah kelahirannya dibanding Turki. Ozil dengan yakin mengatakan bahwa sekalipun warga Turki mencemoohnya ketika dia membela tim nasional Jerman, namun bagi Ozil di hati terdalam mereka pasti bangga terhadapnya. Bahkan Ozil tidak lupa untuk menyambangi tanah leluhurnya itu kala telah membela Real Madrid.

  Fenomena seperti ini sebenarnya sempat diangkat oleh Fabio Capello pelatih Timnas Inggris tahun 2010 silam dan menganggapnya sebagai pencurian bakat. Memang Capello tidak hanya mengatakan fenomena Jerman dan Turki, namun lebih luas mengenai bagaimana seorang pemain kelahiran suatu negara saat dewasa menjadi membela tim nasional negara lain. Capello mengatakan bahwa ini sebuah persoalan, seharusnya UEFA membuat peraturan di mana pemain-pemain yang dimainkan di tim nasional selayaknya merupakan pemain keturunan negara tersebut.
      Tanpa bermaksud menolak tanggapan Capello terhadap fenomena tersebut. Namun jika kita melihat dari kacamata lain, seharusnya fenomena seperti ini mampu menyadarkan kita betapa saling membutuhkannya kita dalam hidup ini, terutama jika menilik sejarah mutualisme antar Jerman dan Turki. Bahkan dalam dunia sepak bola hal semacam ini seharusnya dihargai. Karena bagaimanapun para pemain keturunan tersebut pastinya masih memiliki kebanggaan baik terhadap negara yang dibelanya maupun negara asalnya. Bahkan Ketua Asosiasi Komunitasa Warga Keturunan Turki di Berlin mengatakan akan kebanggaannya terhadap Turki dan Jerman. Baginya Turki merupakan bangsanya dan Jerman adalah tanah airnya. Hubungan kedua negara sangatlah erat dan ini merupakan hal positif dan layak untuk terus dipertahankan serta para pemain keturunan tersebut layak diberikan apresiasi atas pilihan mereka. 
    Inilah sekelumit kisah tentang sepakbola didataran Eropa bagian Barat yang kisahnya terdengar hingga telinga Asia juga seluruh dunia. Politik tidak bisa dicampur adukan dengan sepakbola apakah hal kewarganegaraan seperti artikel diatas dikatakan Politik ??? ehm ehm saya rasa tidak.
Big Thanks to agan : Dhany Cheng Hoo & Keluarga Besar FC Bayern Fan Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar