huahhhh udh lama ga nulis nulis catatan nih di blog udh berapa abad ya ??? yahhh lupa deh yess boss haha, yawda agak malas gitu dehhhh hahha spikkk boong kok gua haha
tanpa panjang lebar kali tinggi langsung aja kali ini gua bakalan bahas penyakit umat manusia yang lagi produktif produktifnya bekerja dan belajar yaitu Prokrastinasi.
Menunda suatu perkerjaan kadang menjadi perilaku yang
sering kita lakukan, Sebenarnya ini bukan masalah yang kritis ketika hanya
berjangkit pada pribadi-pribadi, namun menjadi masalah besar ketika terjadi
pada pribadi-pribadi yang bekerja di birokrasi atau memegang posisi jabatan
publik.
Setiap masyarakat yang pernah berhadapan dengan birokrasi,
umumnya pernah merasakan lambatnya pelayanan yang dilakukan oleh
pelayan-pelayan masyarakat di birokrasi. Ketika kita pertanyakan, maka
jawaban-jawaban yang sering kita temui, harus mengikuti aturan, atau yang aneh,
ketiadaan staf atau atasan tertentu di tempat.
Kasus lambatnya kinerja birokrasi ini saking seringnya
terjadi, sehingga sampai hari ini dianggap sesuatu yang wajar dalam masyarakat.
Sehingga ketika ada masyarakat yang menghadapi fenomena seperti ini, biasanya
kemudian mencari solusi lain dengan cara memberi “Peng jip kupi” untuk mendapatkan pelayanan yang lebih
cepat.
Dalam kajian psikologi, fenomena ini disebut
“Prokrastinasi”. Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinare. Pro artinya gerakan maju dan crastinus artinya milik hari esok. prokrastinasi
adalah perilaku manusia yang sering menunda-nunda baik tugas maupun pekerjaan
dan pelakunya disebut prokrastinator. Masalah utama dari perilaku prokrastinasi
adalah masalah manajemen waktu dan masalah penetapan prioritas.
Dari hasil berbagai penelitian ada beberapa masalah yang
menyebabkan timbulnya Prokrastinasi tersebut. Pertama, karakteristik tugas
adalah bagaimana karakter dari pekerjaan atau tugas tersebut. Jika terlalu
sulit, kecenderungan orang akan menunda pekerjaan atau tugas tersebut. Kedua,
karakter personaliti (kurang PD, moody, irasional) orang akan cenderung menunda
pekerjaan jika kurang percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
Prokrastinasi, selain menimbulkan masalah pada pekerjaan
dan dalam birokrasi dapat merusak citra instansi dan merugikan masyarakat,
tanpa disadari oleh pelakunya. Prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang kehilangan
peluang dan kesempatan yang datang (Wulan:2000).
Menurut tiga ahli prokrastinasi, Joseph Ferrari, Ph.D.,
Profesor psikologi dari De Paul University di Chicago, dan Timorthy Pychyl,
Ph.D., professor psikologi dari Carleton University Ottawa, banyak penyebab
terbentuknya prokrastinasi ini, hal penting yang perlu kita ketahui ialah;
sifat prokrastinasi terbentuk dari lingkungan dan bukan akibat faktor
keturunan. Kebiasaan ini tumbuh tidak secara langsung dalam keluarga dan
merupakan respons terhadap gaya otoriter yang diterapkan orang tua.
Prokrastinasi bahkan bisa menjadi salah satu bentuk
pembebasan. Sekitar 20 persen masyarakat mengidentifikasikan dirinya sebagai
pengidap kronis prokrastinasi. Bagi mereka, prokrastinasi adalah gaya hidup
meskipun bukan berarti kegagalan dalam beradaptasi. Prokrastinasi bukanlah hal
sepele, meskipun sebagai budaya kita tidak menganggap hal ini sebagai masalah.
Kebiasaan ini merupakan wujud dari problem serius dari pengendalian diri.
Prokrastinasi bukanlah masalah dalam manajemen waktu atau
perencanaan. Para pengidap prokrastinasi tidaklah berbeda dalam hal kemampuan
memperhitungkan waktu,meskipun mereka lebih optimistis ketimbang yang lain.
Pengidap prokrastinasi secara aktif mencari-cari kekacauan atau kebingungan,
khususnya seseorang yang tidak memiliki komitmen serius.
Para pengidap, prokrastinasi kerap membohongi dirinya
sendiri, seperti misalnya mengatakan, “Saya merasa lebih suka melakukanya esok
hari” atau “Saya biasa bekerja dalam tekanan”. Namun faktanya, mereka tidak
bergegas keesokan harinya untuk bekerja atau melakukan yang terbaik di saat
berada dalam tekanan. Selain itu, mereka melindungi perasaan dirinya dengan
mengatakan “Ini tidaklah penting”.
Kebohongan besar yang biasa dilakukan prokastinator adalah
bahwa tekanan waktu akan membuat mereka menjadi lebih kreatif. Buktinya, mereka
tidak berubah untuk menjadi lebih kreatif, mereka hanya merasanya. Mereka
justru memboroskan modal mereka sendiri.
Identifikasi Pelaku prokrastinasi
Menurut hasil penelitian Tamin tahun 2000 dari seluruh
Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia hanya 40% saja yang benar-benar
profesional. Melihat pada kondisi atau kenyataan sekarang di kantor-kantor
instansi pemerintah, misalnya kantor kelurahan dan dinas masih terlihat banyak
pegawai yang tidak optimal dalam mengerjakan tugasnya pada saat jam kerja
kantor.
Hal ini tampak dari perilaku yang ditampilkan seperti
membaca koran atau majalah, bercakap-cakap dengan rekannya sambil merokok,
pergi ke kedai kopi di waktu jam kerja bukan untuk alasan dinas. Kondisi
tersebut menggambarkan bahwa di kantor pemerintah banyak para pegawai yang
relatif sering melakukan prokrastinasi kerja sehingga sangat merugikan
masyarakat yang sebenarnya sangat membutuhkan pelayanan jasa dengan cepat.
Yang lebih parah ““Prokrastinasi”” ini bukan hanya terjadi
pada level bawah akan tetapi menjalar hingga ke level yang lebih tinggi, pada
level atas, pada pejabat publik seperti Gubernur, Bupati, Kepala Dinas dan
Anggota Dewan.
Lalu bagaimana mengatasi ini? Menurut Goleman (2000) bahwa
dengan menerapkan manajemen diri, individu dapat menciptakan realitas kehidupan
sesuai dengan misi dan tujuan hidup. Baik itu berupa kebebasan finansial,
pengembangan karir dan pekerjaan, hubungan yang lebih baik dengan keluarga,
sesama, dan terutama dengan Tuhan, serta kesehatan yang terpelihara.
Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara
menyeluruh (konsep diri), mengidentifikasi secara jelas tujuan apa yang ingin
dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai tujuan tersebut, mengontrol dan
mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang
telah dilakukan serta paham tentang insentif-insentif yang akan diperoleh
akibat tindakan yang dilakukan.
Berkaitan dengan dunia kerja, manajemen diri mengajarkan
bagaimana cara melakukan identifikasi diri yang berhubungan dengan bagaimana
cara orang menilai masalah organisasi, tujuan spesifik yang berhubungan dengan
organisasi tersebut. memonitor cara lingkungan memberikan fasilitas atau menghambat pencapaian tujuan, mengidentifikasi
dan mendemonstrasikan performance dan punishment ke arah pencapaian tujuan.
Maka sebaiknya, eksekutif dan legislatif merancang program
pelatihan manajemen diri rutin bagi pejabat publik dan birokrat agar dapat
segera mencapai kemajuan yang kita inginkan. Karena, apa jadinya bila
masyarakat kita bila dikelola oleh individu-individu yang bermasalah dengan
manajemen dirinya sendiri.
thanks a lot to sumber
: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/08/13/penyakit-prokrastinasi-menunda-pekerjaan/
semoga setelah ini kita tidak terjerumus dalam katagori "penyakit" ini...hiiiiii sereeem!
BalasHapus