Rabu, 26 September 2012

Apaan Sih Kecemasan itu ?? Yuukk Kita Bahas


 KECEMASAN di mata Psikologi

Cemas gugup anxiety atau apalah namanya itu terangkum dalam sebuah kosakata bernama Kecemasan. Kedengarannya sih ga asing bgt yeee, pernah ngalami lagi hahaha. Sebenarnya Kecemasan itu dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun, tenang aja reaksi normal terhadap situasi yang menekan itu hehe.

Dari pada berlama ngomongin curhattan ttg Cemas yukkss langsung saja di bahas bro & sist hehe.

Kalo kata para ahli kecemasan itu macem - macem definisinya lohhh atau gua akan coba share 2 aja deh biar ga bertele - tele :

Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.

Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.

 Penjelasan tentang Timbulnya Cemas

Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Albert Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.

Sedangkan Menurut Sigmund Freud seorang Psikoanalisa Jerman Yahudi, (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : 

a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin.

b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama (mencuri, berzinah dll).

c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

Bahasa gampangnya kecemasan bisa disebabkan individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung menaksir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan. Kecemasan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri ( kurang PD gan or tidak bisa menjadi diri sendiri ).

Kembali menurut si bapak Psikoanalisa Sigmund Freud itu sumber timbulnya kecemasan, Freud ( Dalam Calvin S. Hall, 1993 ) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, ialah :

a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin secara psikis.

b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama yang ia yakini.

c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada seekor Singa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1. Faktor Internal

a. Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapatmenimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.
b. Respon
Terhadap Stimulus menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yangtimbul.
c.Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamnnyasehingga pengetahuannya semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.
d.Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akanketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.

2.Faktor Eksternal.

a.Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2002).

b.Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebihkuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan ataulingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan. (Baso, 2000 : 6).
Selama ini kita mengetahui bahwa orang - orang yang sdenag mengalami kecemasan itu pasti mengeluarkan keringat diseluruh tubunhnya, tangan terasa dingin & sulit sekali untuk konsentrasi juga fokus pada satu tujuan tetapi semua itu butuh proses yuksss ah kita gali mengapa semua itu bisa terjadi, menurut ilmu Faal yg telah dipelajari disemester silam ( lupa semester berapa hehe gara - gara sibuk mikirin hidup hahaha ) bisa di kaji dalam beberapa fase apakah saja itu :

a. Fase 1

Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2

Disamping gejala klinis pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
Selain fase-fase diatas, terdapat juga respon fisologi dan psikologi yang terjadi pada gejala gangguan kecemasan diantaranya adalah :

a.Respon Fisiologi terhadap Kecemasan

1.Kardio vaskuler : Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, shyock dan lain-lain.
2.Respirasi : napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3.Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4.Gastro intestinal : Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
5.Neuromuskuler : Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
b.Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1.Perilaku : Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
2.Kognitif : Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
3.Afektif : tidak sabar, tegang, neurosis,tremor, gugup yang luar biasanya, sangat gelisah, dan lain-lain.
Thanks To :

Om Seta Wicaksana selaku pembimbing yang mengingatkan bahwa kecemasan itu unik untuk dibahas hehe

Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali

Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher

Selasa, 25 September 2012

Psikodiagnostik Analisis Jurnal

Sesuai Materi Analisis Jurnal pada tanggal 25 September 2012 ini saya kembali ingin berbagi sebuah penelitian yang barangkali bisa membut wawasan anda terbuka lebar hehe

Judul dan Analisis jurnal yang pertama :

" EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG

(COOPERATIVE LEARNING) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN
SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA "

Latar Belakang 
Kami memilih jurnal ini karena dari sisi observasi yang dilakukan pada jurnal ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang sebelumnya.

Kelompok kami merasakan hal yang sama pada waktu sekolah memiliki kecemasan saat menghadapi pelajaran matematika.
Latar Belakang Jurnal 
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Anggapan negatif tersebut semakin berkembang dengan adanya kenaikan standar kelulusan, khususnya untuk nilai matematika, yang menyebabkan banyak siswa tidak lulus pada tahun 2004.
Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan.
Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar tertentu dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika. 

Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 16 orang. 


Teori Yang Digunakan

(Hurlock, 1997) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok  (johnson & jhonson 1994).

Stodolsky 1985, menyatakan bahwa metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning)
 dapat menurunkan kecemasan siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan dan matematika.

Ada juga hasil penelitian oleh Okebula 1986 bahwa kecemasan siswa dapat menurun ketika 
diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, bebas dari rasa tegang, dan adanya rasa saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan teori diatas, menginspirasi peneliti untuk melakukan eksperimen dengan metode 
pembelajaran gotong royong (cooperative learning).
 EKSPERIMEN
 Pertama-tama siswa diberikan pretest yang berupa  skala kecemasan.
 Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi selama 4 kali pertemuan. Setelah itu semua siswa diberi posttest yang sama berupa skala kecemasan seperti pada subtest awal.
 Pada metode pembelajaran gotong royong, siswa duduk dikelompokkan, siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru.  
Metode Penelitian 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan.
Observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan.

 Hasil Observasi :
Pada awal kelas dimulai belum banyak interaksi yang tercipta.

Setelah sudah mendapat instruksi soal, nampak adanya interaksi antar siswa dalam kelompok.

Siswa saling berbicara satu sama lain dalam kelompok sambil memegang kertas soal.

Siswa saling bertanya kepada teman kelompok.

Siswa terlihat melakukan interaksi antar kelompok.

Suasana kelas aktif dan riuh ramai.
Hasil dan kesimpulan dari analisis jurnal ini :
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. 
Dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan selama 4 kali pertemuan berupa belajar matematika dengan metode pembelajaran gotong royong dapat menurunkan kecemasan siswa ketika menghadapi pelajaran matematika, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Stodolsky dan penelitian oleh Okebula.
  Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika.



Nah itu itu untuk Jurnal yang pertama bro & sist buat Jurnal yang kedua itu ialah berjudul :

" KECEMBURUAN PADA KAUM HOMOSEKSUAL PRIA (GAY)
DI JAKARTA 
"



Latar Belakang  
kasus Ryan (mutilasi)

*Hasil Observasi yang peneliti lakukan selama mengelola sebuah artist management

*Minoritasnya kaum gay


Tujuan :

Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di jakarta 

Manfaat :
Dapat mencegah rasa cemburu pada gay sehingga dapat dikembangkan upaya pencegahan terjadinya
kasus kriminal pada kaum gay.
 Definisi :
kecemburuan adalah bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang di cemburui baik dalam keadaan nyata maupun imajinasi” 

(Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007,) 
Hal yang  dapat mendapat mendefinisikan  kecemburuan àHurt & Fear
Hurt: persepsi bahwa pasangan tidak  menghargai komitmen.
Fear: dihasilkan  dari kemungkinan yang mengerikan, misalnya kehilangan pasangan.
(guerrero & andersen,1998 dalam miller et.al.2007). Menurut White, terdapat tahap-tahap kecemburuan. : ancaman,berpikir,reaksi emosional,coping.

Homoseksual adalah individu yg memiliki ketertarikan seksual terhadap orang – orang yg memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya” (Cohn, 1974.34). Ada 2 macam homoseksual yaitu Ego sintonik & Ego distonik. Faktor – faktor menurut para literatur.
Metode : 

Metode yang digunakan adalah obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. 
Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakarta dan sekitarnya, 
Observasi :
Metode Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan

Observer mengamati saat wawancara berlangsung
Pengambilan data juga ditunjang dari hasil observasi salah satu peneliti sebelum penelitian ini di buat

Hasil :
Seputar homoseksual: Ketiga subjek menyadari orientasi seksual nya sejak usia remaja.

Subjek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis sejak usia 10 tahun, subjek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari sejak usia 15 tahun. Dari ketiga subyek, Dua subjek notasi bicara terpacu lebih cepat. Pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan memguat/mengepal.

Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan perilaku seksual sesama jenis yaitu usia 9 tahun sedangkan subyek 1 melakukannya di usia 18-19 tahun dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun  Keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua faktor potensial yang menyebabkan ia menjadi gay seperti terdapat pada model teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh negatif),  terisolasi dari lingkungan sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup.
Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan homoseksual ego distonik.

Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi orientasinya kepada orang lain.
Seputar kecemburuan: keseluruhan subyek mengalami hurt (luka), fear and anxiety (takut dan cemas). Sedangkan untuk anger (marah), hanya subyek 2 dan subyek 3 yang mengalaminya. 2 tipe kecemburuan yaitu Reactive jealousy & Suspicious jealousy.


Kemudian Untuk Jurnal yang terakhir ini analisisnya kebetulan gua ama temen kelompok gua yang bikin insya allah menarik dan bermanfaat ya bro & sist amien


Judulnya yaitu

 " KOHESIFITAS SUPPORTER TIM SEPAKBOLA PERSIJA JAKARTA "

Garis Besar pada jurnal ini ialah 
Suporter sebuah tim adalah salah satu faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan dari sisi luar lapangan pertandingan. Keberadaan supporter ini sendiri mampu memberikan dukungan moral yang cukup besar bagi para pemainnya. Dukungan supporter menjadi halyang sangat penting bagi semangat parapemain.

Sepak bola adalah permainan yang sangat lekat dengan masyarakat Indonesia.Olah raga ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terlepas dari faktor umur, jenisk elamin, dan status sosial di masyarakat. Banyaknya Tim sepak bola yang ada di setiap wilayah Indonesia menimbulkan antusias penduduk setiap wilayah untuk mendukung tim sepak bola dari wilayahnya sendiri.  Hal tersebut yang melatar belakangi adanya tim suportersepak bola Persija, atau yang lebih dikenal dengan The Jakmania.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahuif  aktor-faktor yang menyebabkan kohesivitaspada The Jakmania. 

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi.
 ANALISIS Jurnal :

Konfromitas, sebagian besar anggota suporter the Jakmania memang sekedar ingin meniru berperilaku sama dengan anggota kelompok yang lain. Perilaku yang sama demikian yang didorong oleh keinginan sendiri inilah yang dinamakana Konfromitas.
 Contohnya :
Setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama (menengenakan Baju bola Orange kebanggan Persija), 
Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama ( mendukung penuh dan memberikan segenap kemampuan mereka demi kemajuan Persija Jakarta )
Setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama ( kemenangan & kekalahan tim Persija menjadi bagian dari perasaan pribadi tiap suporter Persija
Setiap anggota kelompok saling berkerjasama dan berkolaborasi ( saling memberi dukungan pada saat Persija bertanding ).
 Lalu adanya faktor Kohesi atau biasa disebut Keterpaduan adalah perasaan kekitaan diantara anggota kelompok ( Suporter Persija ).
Semakin kuatnya rasa keterpaduan atau kekitaan antarsuporter Persija makan akan semakin besar pula pengaruhnya pada perilaku individu suporter persija.
Konformitas yang disertai perilaku dan kepercayaan yg sesuai dgn tatanan sosial. 
Contohnya memakai atribut persija sperti topi baju dan shall berwarna orange.
Subjek dari penelitian ini 
adalah suporter dari The Jack Mania. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka , dimana subjek mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan dari wawancara itu.
 Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan observasi.  
Wawancara dengan mewawancarai langsung The Jakmania observasi, yaitu mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi dan pengendalian, dan dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadianyang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. 
 Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
 Dalam observasi peneliti tersebut secara terus menerus melakukan pengamatan atas perilaku seseorang dari The Jack Mania.
Mencatat ucapan-ucapan, ekspresi-ekspresi dari responden dalam suatu wawancara. Salah satu contohnya pada saat pertandingan sepak bola diadakan, supporter dengan menggunakan baju yang berwarna orange yang merupakan seragam dari tim sepak bola Persija.  
METODE PENELITIAN 
  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan  Observasi Partisipasi ,dimana observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.  
 Peneliti merupakan bagian yang keseluruhan dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu catatan yang digunakan peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden misalnya bernyanyi-nyanyi saat Persija sedang bertanding, memakai pakaian berwarna oren (khas warna persija).
Alat mekanik yang digunakan untuk merekam/memotret peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden, contohnya kamera dan tape recorder.  
Sekian untuk materi perkuliahan ini teman2 hahaha dibawa santai aja belajar sambil bermain kayak majalah BOBO dulu hehe.
Thanks berat buat teman Psikologi Universitas Pancasila Angkatan 2010 yang sudah bersama2 bekerja keras untuk menganalisa tiap2 Jurnal yang kita dapat dan tak lupa kepada Om Seta Wicaksana selaku dosen Mata Kuliah Psikodiagnostik Observasi mantaap broo bimbingannya :D
 

Rabu, 19 September 2012

Psikodiagnostik observasi Jurnal

Berdasarkan materi mata kuliah Psikoadignostik Observasi di tanggal 18 seprtember 2012 berikut adalah isi dari beberapa analisis jurnal tersebut :

Jurnal yang pertama berjudul " POST TRAUMATIC GROWTH PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA"


Pendahuluan  :

  Pada kali ini kami akan mengambil tema tentang post traumatic growth pada penderita kanker payudara. Kami mendapatkan tema tersebut dari sebuah judul Jurnal yang dibuat oleh Ade Fitri Rahman dan Erlina Listianti Widuri.
  Dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui dinamika post traumatic growth atau pertumbuhan pasca trauma menuju perbahan hidup yang positif dan ingin memahami lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya post traumatic growth pada penderita kanker payudara.

Analisis

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengguanakan paradigma fenomenologi. Menurut Moleong (2005), metode penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha mamahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
  Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara holistic kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri penulis sebagai instrumen kunci.
 
Metode observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara mengingat kedua metode ini saling mendukung dalam mendapatkan data yang diinginkan. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadiaan bagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
  Observasi yang dilakukan oleh penelti adalah non partisipan, penulis hanya sebagai pengamat tanpa terlibat dalam kehidupan maupun kegiatan informan. Observasi dilakukan diluar proses wawancara dan juga selama wawancara berlangsung yang memungkinkan penulis memperoleh data yang sifatnya non verbal, antara lain: gerakan tubuh, mimik muka, ekspresi wajah, dan intonasi suara informan saat wawancara serta juga tentang bagaimana kondisi informan penelitian yang dalam hal ini adalah penderita kanker payudara.

  Sebelum proses wawancara dan observasi penulis melakukan persiapan terlebih dahulu, antara lain untuk wawancara penulis akan membuat guide (petunjuk) pertanyaan semi terstruktur berdasarkan pada teori mengenai post traumatic growth pada penderita kanker payudara. Jenis guide ini dipilih untuk menghindarkan agar pada proses wawancara tidak melenceng terlalu jauh dari fokus penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian tersebut, hikmah yang dapat diambil adalah post traumatic growth atau pertumbuhan paska trauma. Secara teoritis, konsep pertumbuhan masa trauma didefinisikan sebagai pengalaman perubahan positif yang signifikan timbul dari perjuangan dari krisis kehidupan yang besar antara lain: apresiasi peningkatan hidup, pengaturan hidup dengan prioritas baru, rasa kekuatan pribadi meningkat dan spiritual berubah secara meningkat dan spiritual berubah secara positif.
  Spiritualitas dalam konteks ini mengacu pada rasa bersyukur yang lebih besar kepada Sang Pencipta, peningkatan rasa komitmen seseorang kepada tradisi keagamaan, atau pemahan yang lebih jelas dari keyakinan agama seseorang.

 KESIMPULAN
Dari hasil jurnal yang telah kami analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat dua fakor yang mempengaruhi aspek post traumatic growth pada kedua informan. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan pada pembahasan, dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat 4 pertumbuhan pasca trauma atau (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam menghadapi penyakit payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik.
  Ketika didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan mempelajari kembali prioritas mereka.



 Lalu di Jurnal yang kedua berjudul  " Realitas cinta dimata remaja perempuan "

PENDAHULUAN  
Kami memilih jurnal ini karena menurut kami judul jurnal ini menarik untuk kalangan remaja, terutama remaja perempuan. Jurnal ini membahas tentang persepsi cinta dikalangan remaja setelah menonton film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Mass media effects memperkenalkan sebuah konsep yaitu perceived reality. Perceived reality adalah ukuran seberapa jauh anak – anak menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai hal yang nyata atau reflektif terhadap hidup mereka (Jeffres, 1997:185).  
Denis McQuail menyatakan peranan media massa dalam perkembangan remaja adalah (dalam Rakhmat, 1994:52,72) cermin yang memantulkan citra remaja terhadap remaja itu sendri dan memiliki fungsi sebagai pembentuk identitas pribadi. Melek Media ialah  Kesadaran akan media adalah sebuah sudut pandang yang digunakan khalayak secara aktif ketika terekspos oleh media dalam rangka menafsirkan arti pesan – pesan yang kita temui (Potter, 2001:4).


 Teori Kultivasi

Kultivasi melibatkan proses belajar dan kontruksi dari pandangan menganai relita sosial yang bergantung pada keadaan pribadi dan pengalaman setiap individu dan juga keanggotaan dalam kelompok. Ia juga dilihat dalam proses interaktif antara pesan dan khalayaknya. 

Metode Penelitian

Studi Kasus > wawancara, pengamatan langsung, studi lapangan, dengan tujuan merekonstruksi dan menganalisis sebuah kasus dari perspektif sosiologi.


Observasi Partisipan à suatu observasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari informan/sumber data yang sedang diamati/digunakan.
Memiliki 4 Jenis yaitu:
partisipasi pasif
partispasi moderat
partisipasi aktif
              partisipasi lengkap
 
Subjek Penelitian
 
Perempuan, usia 18 tahun
Penonton/penikmat film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja
penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer.  
 Hasil penelitian

intepretasi
: Sebagai anak remaja yang masih berusia 18 tahun, informan memang masih mengalami kelabilan dalam menentukan karakter dirinya. Secara psikologis, aspek kognitif dalam dirinya memang masih mengalami pancaroba, sebuah masa ketika dirinya masih mencari kepastian akan wujud dan jati diri. Ini membuat informan menjadi lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan, baik yang datang dari keluarga, sekolah,
teman sepermainan maupun dari media.
Hipotesis peneliti terbukti, yaitu akibat rendahnya tingkat melek media serta pengaruh penglaman pribadi, baik yang datang dari diri sendiri, keluarga, teman, maupun sekolah, iforman yang masih berusia 18 tahun, sebagai remaja perempuan, ia masih rentan terhadap apa yang diberikan oleh media.
 
Kesimpulan 
Informan memiliki pengetahuan yang terbatas karena faktor usia, keluarga, sekolah, dan lingkunagn pergaulannya. Informan tergolong yang tidak melek media.
Informan tidak mampu melihat media secara kritis.
Kecendrungan informan memaknai apa yang ada di media secara dominan dan menerapkannya sebagai karakter dirinya.  
 
Kesimpulan Kelompok 
Pada Jurnal yang kami bahas, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dimana terdapat teknik observasi. metode observasi yang digunakan di dalam jurnal ini adalah  observasi partisipasi.
Observasi partisipasi memungkinkan diperoleh data yang lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak .
 
 
Kemudian di analisis di Jurnal yang ketiga yaitu " Mitos Tentang Kehamilan " 
 
Pendahuluan  
Setiap makhluk hidup bereproduksi untuk mendapatkan sebuah keturunan,  meliputi semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Seperti halnya manusia yang ingin memiliki sebuah keturunan merupakan suatu hal yang paling dinanti nanti bagi setiap orang yang sudah berkeluarga. 
Ada beberapa pantangan yang di percayai oleh sebagian masyarakat umum yang diyakini sebagai larangan yang harus di hindari pada ibu hamil. Apabila di jalankan larangan tersebut¸ maka diyakini akan berdampak negatif pada diri ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
 
Kajian Teoritik 
Observasi adalah metode fundamental dalam etologi yang mengadopsi sebuah pendekatan komparatif untuk memahami perilaku dan sering berusaha menjelaskan perilaku subjek yang diamati (Eibl-Eibesfeldt, 1975). 
 Observasi ilmiah metode memperoleh data yang dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan secara tepat, dengan cara yang sistematis dan objektif, dan dilakukan dengan pencatatan yang teliti.
 
Observasi tanpa intervensi (naturalistic observation)
Observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi (shaughnessy, 2007).


Apa itu Mitos ???
 adalah sistem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita yang suci berkaitan dengan masa lalu. mitos yang dalam arti asli sebagai kiasan dari zaman purba merupakan cerita yang asal usulnya telah dilupakan, namun ternyata pada zaman sekarang mitos merupakan cerita yang dianggap benar (Harsojo, 1988).

Kehamilan 
adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997).

Analisis Jurnalnya kawan >>> 
 
Analisa ilmiah yang digunakan dalam tugas ini adalah mengacu pada jurnal penelitian psikologi mengenai mitos dalam kehamilan. 
Alasan pemilihan tema dari jurnal tersebut karena fenomena kehamilan paling banyak terjadi dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari hari.
Bagaimana tentang Mitosnya ???
Sedangkan mitos yang menyertai proses kehamilan tersebut adalah merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir di sebagian besar masyarakat, yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap. 
Sehingga atas gejala sosial ini sangat mudah dilakukan pengamatan (observasi) atas segala fakta yang ada.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian bersifat sistematik, dimana segala sesuatunya telah dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan norma dan struktur ilmiah.
 
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal menggunakan metode wawancara dan observasi. Respondennya wanita wanita hamil 3 bulan tanggal 7 Agustus 2008 dan wanita hamil tanggal 25 Agustus 2008. 
Penelitian dilakukan dengan Observasi Sistematik Natural dan Partisipan, peneliti sudah menyiapkan hal dan peralatan untuk di observasi dan peneliti langsung terjun kelapangan yaitu di daerah Aceh. Gejala sosial ini sangat mudah dilakukan pengamatan (observasi) atas segala fakta yang ada.
 
Kesimpulannya Gan >>>>
Pada tugas analisa ilmiah ini, pembahasan mengacu pada jurnal penelitian psikologimengenai mitos dalam kehamilan. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti memilih metode wawancara dan observasi dengan turun langsung kelapangan berkunjung ke daerah Aceh dan bertemu langsung dengan ibu-ibu hamil yang ada disana. Penelitiannya ilmiah dan tindak melanggar etika-etika dalam penelitian.
 
Daftar Pustaka :
Anastasi, A. & Urbina, S. 2007. Tes Psikologi.   Jakarta: Indeks
Shaughnessy, J. John., Zechmeister, B.   Eugene., & Zechmeister, S. Jeanne. 2007.   Metodologi Penelitian Psikologi, edisi ke   tujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.  
 
 
Thanks atas Perhatiannya ya Brother & Sister semoga bermanfaat nih Penelitiannya hehe.